Seperti Angin Yang Tak Pernah Kembali...
3/31/2013
0
comments
Seorang wanita muda, suatu hari Tanpa sengaja mengatakan
hal yang menyakiti hati sahabatnya. Mengetahui bahwa hati sahabatnya
terluka, ia menyesalinya perbuatannya segera dan akan melakukan apa saja
untuk mengambil kata-katanya kembali. Wanita tersebut benar-benar tak mempertimbangkan
ucapannya hingga ia telah melukai hati sahabatnya.
Dalam usaha untuk menarik kembali
ucapannya, wanita muda pun pergi kepada seorang wanita tua bijaksana di
sebuah desa. Ia menjelaskan situasinya dan lalu meminta saran dan jalan
keluar.
Wanita tua itu mendengarkan dengan sabar dalam upayanya untuk menentukan seberapa tulus penyesalan yang wanita muda ini miliki dan seberapa jauh ia bersedia untuk memperbaiki situasi. Wanita yang lebih tua, dengan bijaksana
akhirnya berkata, “Ada dua hal yang perlu dilakukan untuk menebus kesalahan. Yang pertama dari dua hal tersebut sangatlah sulit. Malam ini, bawalah satu genggam garam dan lalu tebarkan di ambang pintu setiap rumah sebelum terbit fajar. Tebarkan sedikit demi sedikit sampai habis garam itu. Setelah kamu selesai, barulah kembali padaku. Jika kamu sudah melakukan hal yang pertama dengan benar, barulah aku akan memberitahukanmu jalan keluar yang kedua.”
Wanita tua itu mendengarkan dengan sabar dalam upayanya untuk menentukan seberapa tulus penyesalan yang wanita muda ini miliki dan seberapa jauh ia bersedia untuk memperbaiki situasi. Wanita yang lebih tua, dengan bijaksana
akhirnya berkata, “Ada dua hal yang perlu dilakukan untuk menebus kesalahan. Yang pertama dari dua hal tersebut sangatlah sulit. Malam ini, bawalah satu genggam garam dan lalu tebarkan di ambang pintu setiap rumah sebelum terbit fajar. Tebarkan sedikit demi sedikit sampai habis garam itu. Setelah kamu selesai, barulah kembali padaku. Jika kamu sudah melakukan hal yang pertama dengan benar, barulah aku akan memberitahukanmu jalan keluar yang kedua.”
Wanita muda bergegas pulang untuk
mempersiapkan tugasnya. Semalam suntuk ia bekerja di tengah dinginnya
hawa saat itu. Dia pergi dari pintu ke pintu, berhati-hati jangan sampai
mengabaikan satu rumah pun. Dia berlari menembus gelap, bersyukur bahwa
rupanya ada yang bisa ia lakukan untuk memperbaiki kesalahannya. Sampai
matahari terbit, ia pun akhirnya kembali kepada wanita tua bijaksana.
Dia kelelahan, tapi lega bahwa usahanya akan dihargai. “Tanganku sudah
kosong. Aku sudah menebarkan garam itu sedikit demi sedikit di ambang
pintu setiap rumah. Lalu, apa yang harus aku lakukan untuk hal yang
kedua?”
Wanita tua bijaksana berkata, “Kembalilah
dan kumpulkan kembali garam yang kau tebar, maka semuanya akan menjadi
sama seperti sebelumnya.”
Wanita muda tertegun. “Itu mustahil!
Angin berhembus sangat kencang tadi malam. Orang-orang pun sudah mulai
bangun dari tidurnya. Mereka bahkan mungkin sudah menyapu bersih halaman
rumah mereka. Anda tidak seharusnya memintaku melakukan ini. Jika ini
adalah hal yang kedua, maka itu tidak akan pernah bisa aku lakukan.”
“Itu benar,” kata wanita tua bijaksana.
“Dan begitupun dengan ucapanmu. Kata-kata yang kamu lontarkan akan bisa
seperti angin yang takkan bisa dikembalikan. Angin berhembus sangat
kencang, begitupun ucapanmu yang akan semakin sulit untuk dikembalikan.
Pilihlah selalu kata-kata yang baik agar Anda tak lantas menyesalinya,
karena ingat, satu kata yang baik bisa menghangatkan tiga bulan musim
yang dingin.”
0 comments:
Posting Komentar